Oleh : Kader patah hati 😭
Assalamualaikum para pejuang politik,
Pilkada telah usai, tetapi hiruk-pikuknya masih terasa. Baru-baru ini, kita menyaksikan sejumlah pernyataan yang memicu polemik, baik dari kader partai maupun pengurusnya.
Tidak jarang, suara-suara ini datang dengan nada kritik tajam, mengarah pada pimpinan partai, bahkan menyerukan pergantian kepemimpinan.
Namun, yang lebih mengejutkan adalah kenyataan bahwa beberapa di antara mereka ternyata terlibat dalam mendukung calon lain yang bukan diusung oleh partai yang mereka bela.
Tentu, dalam dunia politik, kritik dan perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, bahkan dibutuhkan.
Namun, sebuah kritik yang datang dari dalam tubuh partai, dari kader yang seharusnya berada di garis depan, terasa berbeda.
Bagaimana mungkin, seorang pengurus partai yang seharusnya mendukung perjuangan bersama, justru mengkritik dengan keras dan malah mendukung calon lain? Ini bukan hanya masalah perbedaan politik, tetapi juga tentang kehormatan dan kesetiaan.
William Shakespeare, sang maestro sastra Inggris, pernah berkata, “Cowards die many times before their deaths; the valiant never taste of death but once.” Artinya, orang yang pengecut merasakan kekalahan berulang kali, sementara orang yang berani hanya merasakannya sekali.
Dalam konteks ini, mungkin kita bisa merenungkan bahwa seorang kader, meski kalah, tetap memiliki kehormatan yang sama dengan mereka yang menang.
Namun, seorang pengkhianat—siapa pun dia—akan kehilangan segala kehormatan yang semestinya dimiliki.
Bagi pengkhianat, tidak ada tempat dalam pertempuran politik. Mereka hanya akan disebut “sampah,” sebuah label yang tak pantas diterima oleh siapa pun yang menginginkan kedamaian dan integritas dalam perjuangan.
Menang atau kalah dalam kontestasi politik adalah bagian dari proses. Namun, kehormatan dalam kekalahan jauh lebih berarti daripada kemenangan yang diraih dengan cara kotor.
Menjaga komitmen dan kesetiaan pada partai dan visi yang sama adalah panggilan yang lebih besar daripada sekadar meraih kursi kekuasaan.
Meskipun kita merasakan kecewa, patah hati, atau kesedihan, kita tetap harus menjaga sikap dan kehormatan kita sebagai bagian dari keluarga besar partai.
Mari kita jadikan momen ini sebagai pembelajaran. Politik adalah tentang perjuangan bersama, tentang memperjuangkan cita-cita bersama.
Dalam setiap langkah, baik dalam kemenangan maupun kekalahan, yang terpenting adalah tetap menjaga integritas, kesetiaan, dan kehormatan.
Terus semangat, karena perjalanan politik tidak berhenti di satu titik. Pileg dan Pilkada akan selalu ada. Mari kita berjuang lagi, dengan kepala tegak dan hati yang penuh semangat.
Salam hormat dari seorang kader yang patah hati, tapi tidak kehilangan kehormatan.
-Kader yang setia dalam kesetiaan, meski kadang patah hati- ❤️